BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan. Keindahannya
baik dari dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan
sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat
oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud keindahan dan nilai –
nilai ektrinsik dan intrinsik keindahan pada manusia ?
2. Apa
pengertian penderitaan dan siksaan ?
3. Apa
pengertian renungan dan phobia ?
4. Bagamainakah
pendapat apabila seseorang mengalami penderitaan ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Mengetahui
pengertian dari keindahan dan nilai –
nilai ektrinsik dan intrinsik keindahan pada manusia.
2. Mengetahui
pengertian dari penderitaan dan siksaan.
3. Mengetahui
pengertian dari renungan dan phobia.
4. Dapat
memberikan pendapat mengenai penderitaan yang dialami seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Keindahan
Kata
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek,
dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna,
dan sebaginya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran
dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi,
dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Keindahan juga bersifat
universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat,
selera mode, kedaerahan atau lokal.
Keindahan
itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu
karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan
dengan suatu bentuk. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis besar
estetika”. Menurut asal katanya, dalam bahasa Inggris keindahan itu
diterjemahkan dengan kata “beutiful” dalam bahasa Perancis–“beau”, sedang
Italia dan spanyol “belld’ berasal dari kata latin “bellum”. Akar katanya
adalah “bonum” yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk’ pengecilan
menjadi “bonellum” dan terakhir diperpendek sehingga ditulis “bellum. Menurut
cakupannya orang hams membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak
dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa
Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the beautiful (benda
atau hal yang indah). Dalam pembatasan filsafat kedua pengertian itu
kadang-kadang dicampuradukkan raja. Disamping itu-terdapat pula perbedaan
menunit luasnya pengertian, yakni:
a)
keindahan dalam arti yang luas
b)
keindahan dalam arti estetis mumi
c)
keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan
Bangsa
Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya
‘symmetria’ untuk keindahan berdasarkan penglihatan ( misalnya pada karya pahat
dan arsitektur.) dan hamlonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi
–
keindahan seni
–
keindahan alam
–
keindahan moral
–
keindahan intelektual
Keindahan dalam
arti estetis mumi menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.Sedang keindahan dalam arti
terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang
dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dan bentuk dan warna.
keindahan pada dasamya adalah sejumlah kwalita, pokok tertentu yang
terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan
(unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan
(balance) dan perlawanan (contrast). Ada pula yang berpendapat, bahwa keindahan
adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan Si pengamat.
Filsuf
dewasa ini merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat antara
pencerapan-pencerapan inderawi kits (beaty is unity of formal relations of our
sense perceptions).
Sebagian
filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan
(pleasure), yang merupakan sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau
pendengaran. Filsuf abad pertengahan Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan,
bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Nilai
– Nilai Ekstrinsik dan Interinsik Keindahan Pada Manusia
Nilai
yang terkandung dalam suatu keindahan dibagi menjadi dua yaitu, ekstrinsik dan
intrinsik.
Pengertian
ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana
untuk sesuatu hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau
membantu. Sebagai contoh : Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi,
baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur nilai yang di pengaruhi dari luar maksudnya adalah
dalam suatu karya yang menimbulkan keindahan, unsur ekstrinsik merupakan
unsur-unsur yang berada di luar unsur utama atau unsur-unsur sebagai unsur
pengganti dalam sebuah karya sastra. Misalnya, nilai ekonomi, nilai politik,
nilai agama serta nilai nilai yang mempengaruhi suatu hasil karya sastra.
Sedangkan
nilai intrinsik adalah unsur nilai yang dipengaruhi dari dalam maksudnya adalah
unsur-unsur yang terkadung di dalam karya sastra itu sendri. Dalam pemenuhannya
akan menimbulkan keindahan, dantara unsur-unsurnya adalah pesan puisi yang
ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) dan unsur-unsur lain yang
termasuk di dalamnya.Pengertian intrinsic adalah sifat baik dari benda
yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda
itu sendiri.Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .
Nilai
keindahan instrinsik adalah nilai bentuk seni yang dapat diindera
dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai bentuk ini kadang juga disebut nilai
struktur yaitu bagaimana cara menyusun nilai-nilai ekstrinsiknya atau bahannya
berupa rangkaian peristiwa. Semuanya disusun begitu rupa sehingga menjadi
sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai nilai instrinsik. Cara menyusun
bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan peristiwa yang sama oleh dua
orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan urutan atau struktur yang
berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda. Cara menyusun yang berbeda ini
menentukan arti ekstrinsiknya atau isi seni.
Cara
kerja yang demikian itulah yang menyebabkan setiap seniman dapat menciptakan
karya seni yang secara instrinsik berbeda-beda berdasarkan
pengolahan ekstrinsiknya. Inilah pula yang menyebabkan keindahan
karya seni bukan melulu keindahan bentuk atau instrinsiknya, tetapi juga menyangkut
nilaiekstrinsiknya misalnya cara menggambar daun jatuh oleh dua penyair
dapat menghasilkan dua keindahan yang berbeda. Ini disebabkan oleh karena cara
instrinsik atau cara melukiskan jatuhnya daun tadi berbeda berdasarkan visi
atau pandangan penyair terhadap bahannya, yakni jatuhnya daun.
Karya seni tetap
harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan inderawi dan
menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja dalam karya seni
masih ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tak berkata apa-apa atau
tidak menyampaikan pesan apa-apa, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan
sesuatu. Dan, aspek sesuatu atau bahan atau isi seni tidaklah yang menyebabkan
lahirnya perdebatan mengenai indah atau tidaknya karya seni.
Tetapi, adakah
karya seni yang tidak indah ? misalnya lukisan mayat, sampah, daging tersayat,
kematian, kengerian. Itu hanya objek ekstrinsiknya belaka, sebagai objek tentu
saja kaki berkoreng itu tidak indah, malah menjinjikan atau menakutkan,
mendatangkan teror. Tetapi cara pandang pelukis atau penyair terhadap kaki
berkoreng tadi dapat indah dengan caranya menyusun bentuk strukturnya. Cara
menggambarkan kaki berkoreng tadi menyampaikan suatu makna, pesan, maksud,
pandangan tentang hidup ini sehingga hasil gambarannya tadi menjadi indah dalam
arti menggembirakan batin. Suatu lukisan yang penuh teror, kekasaran dan
kekacauan dapat tampak indah karena teror yang digambarkan tadi menyampaikan
isi atau makna yang menggembirakan aspek intelektual kita, misalnya.
Jadi
setiap karya seni tentu mengandung keindahan. Dan keindahan tidak selalu harus
senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, halus, menentramkan, indah
tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga terwujud dalam bentuk
kasar, keras, kacau dan tak seimbang atau tak harmonis, asal membawakan suatu
makna. Makna ekstrinsik itulah yang menyebabkan sebuah karya seni dikatakan
indah, menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin. Bentuk kasar penuh teror
yang kacau tadi terwujud karena tuntutan ungkapan ekstrinsiknya. Tuntutan ini
seni atau bahan seni (yang berhubungan dengan pandangan seniman) itulah yang
melahirkan bentuk yang tidak indah. Jelaslah bahwa keindahan seni berhubungan
dengan unsur ekstrinsik dan instrinsik sekaligus. Keduanya dapat dibedakan
tetapi tak mungkin dipisahkan. Dalam membicarakan unsur ekstrinsik, kita juga
berbicara tentang unsur intrinsiknya dan sebaliknya (Jacob Sumardjo. 2000 ; 155
– 157).
Demikian
banyaknya hasil seni budaya dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik dan
pendekatan intrinsik melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan
mereka atau seniman menciptakan keindahan melalui hasil seni. Kalau Bagong
Kussudiarjo ditanya mengapa ia menciptakan berbagai kreasi tarian baru yang
menggambarkan kehidupan nelayan, petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam
jawaban mungkin ia ingin mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada
zamannya. Karena kelak apabila teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan
mereka itu akan lain bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada
masyarakat bahwa keindahan itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan yang
menggemari keindahan itu bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di
masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani yang setiap hari berjuang demi
sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
B.
Pengertian
Penderitaan dan Siksaan
Pengertian
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa
sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu
yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin
atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.
Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.
Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu
merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan
energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Pengertian
Siksaan
Siksaan
dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa
siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbulah
penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan,
kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebihan yang tidak pada tempatnya
disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan
antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, dan
kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah
suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan,
dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli
yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah
problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan
perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan
disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus
menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
C.
Pengertian
Renungan dan Phobia
Pengertian
Renungan
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung
untuk menciptakan seni ada beberapa teori antara lain :
a. Teori
Pengungkapan.
Dalil
teori ini ialah bahwa “arts is an expresition of human feeling” ( seni adalah
suatu pengungkapan dari perasaan manusia) Teori ini terutama bertalian dengan
apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan karya seni. Tokoh
teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce
(1886-1952) Beliau antara lain menyatakan bahwa “Seni adalah pengungkapan
pesan-pesan) expression adalah sama dengan intuition, dan intuisi adalah
pegnetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentagn hal-hal
individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images).”
Seorang
tokoh lainnya adalah Leo Tolstoi dia menegaskan bahwa kegiatan seni aalah
memunculkan dalam diri sendiri suatu perasaan yagn seseorang telah mengalaminya
dan setelah memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis,
warna, suara dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu
sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
b. Teori
Metafisik
Teori
seni yang bercotak metafisik merupakan salah satu contoh teori yang tertua,
yakni berasal dari Plato yang karya-karyanya untuk sebagian membahas estetik
filsafat, konsepsi keindahan dari teori seni. Mengenai sumber seni Plato
mengungkapkan suatu teori peniruan (imitation teori). Ini sesuai dengan
metafisika Plato yang mendalikan adanya dunia ide pada tarat yang tertinggi
sebgai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini
yang merupakan cerminan semu danmirip realita ilahi. Dan karyu seni yang dibuat
manusia adalah merupakan mimemis (tiruan) dari ralita duniawi
c. Teori
Psikologis
Para
ahli estetik dalam abad modern menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan
karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode
psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan bahwa proses
penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang
seniman. Sedang karya seni tiu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus
yang wujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Teori lain lagi yaitu teori
permainan yang dikembangkan oleh Fredrick Schiller (1757 -1805) dan Herbert
Spencer ( 1820 – 1903 ) menurut Schiller, asal seni adalah dorongan batin untuk
bermain-main (play impulse) yang ada dalam diri seseorang. Seni merupakan
semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan
dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Dalam teori penandaan (signification
theory) memandang seni sebagai lambing atau tanda dari perasaan manusia.
d. Teori
Keserasian
Keserasian
berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar,
dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang
berpakaian hams dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau
disesuaikan dengan kulitnya.
e. Teori
Obyektif Dan Teori Subyektif
The
Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta
seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori subyektif. Salah satu
persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat dasar dari
keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada benda indah atau
hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari
persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai
teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung
teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung
teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai
estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah
yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang
hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan
sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah
ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap
bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad
ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori
subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati
sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si
pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik,
maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman
estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori
subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang
berupa menyukai atau menikmati benda itu.
f. Teori
Perimbangan
Teori
obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas
bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh
bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum
Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno
yang berupa banyak tiang besar.
Dalam
dunia ini dipenuhi dengan apa yang kita sebut keindahan, contohnya pemandangan
alam sekitar kita. Mungkin sangatlah sulit bagi perkotaan untuk menyamai
keindahan dipedesaan, tapi apa salahnya kita coba sedikit demi sedikit, dari
hal yang paling kecil pada setiap kehidupan kita, seperti tidak membuang sampah
sembarangan, menanam pohon disekitar halaman rumah kita, jangan menebang atau
merusak tanaman dan pepohonan, meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor yang
mengeluarkan polusi dan penggunaan AC pada rumah, dan lain sebagainya. Jika
setiap dari kita melakukan hal tersebut, bukan tidak mungkin beberapa tahun
kedepan keadaan perkotaan kita bisa menyamai keindahan pedesaan.
Pengertian
Phobia
Phobia
adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda, situasi, atau
kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu yang ditakuti
itu.Bedanya sama rasa takut biasa adalah, hal yang ditakuti sebenarnya nggak
menyeramkan untuk sebagain besar orang. Phobia terjadi karena adanya faktor
biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan metabolisme di
otak. Bisa juga karena ada sesuatu yang nggak normal di struktur otak. Tapi
kebanyakan psikolog setuju, phobia lebih sering disebabkan oleh kejadian
traumatis.
D.
Bagaimana
Pendapat Kalian tentang Apabila seseorang ada yang mengalami suatu Penderitaan
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh yang berbeda dari
dalam maupu dari luar dirinya. Sikap yang timbul diantaranya dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap
optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan hidup untuk membebaskan diri dari penderitaan, dan
penderitaan adalah bagian dari kehidupan.
Apabila
sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman
kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan
penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan
nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan
yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih
sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Penderitaan
perlu dihadapi dan direnungkan, ini mengandaikan bahwa ada makna positif yang
dapat dipetik dalam pengalaman penderitaan. Yakni mendekatkan kita kepada Allah
SWT. Seseorang harus menghadapi penderitaan dengan percaya bahwa penderitaan
itu hanya bersifat sementara saja, penderitaan membangkitkan pengharapan yaitu
bahwa keberhasilan didapatkan dengan jalan yang tak mudah dan butuh proses
salah satunya yaitu melewati sebuah penderitaan atau kegagalan dan dengan
mental yang baiklah kita dapat menujunya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Keindahan
Keindahan adalah identik dengan
kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.
Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera
perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.Keindahan
itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu
karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan
dengan suatu bentuk.
Unsur
ekstrinsik adalah unsur nilai yang di pengaruhi dari luar maksudnya adalah
dalam suatu karya yang menimbulkan keindahan, unsur ekstrinsik merupakan
unsur-unsur yang berada di luar unsur utama atau unsur-unsur sebagai unsur
pengganti dalam sebuah karya sastra. Sedangkan nilai intrinsik adalah unsur
nilai yang dipengaruhi dari dalam maksudnya adalah unsur-unsur yang terkadung
di dalam karya sastra itu sendri.
2. Penderitaan
dan siksaan
Penderitaan dapat berupa penderitaan
lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia
dan dunia.Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasman, dan
dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akiabt siksaan yang dialami
seseorang, timbullah penderitaan.
3. Renungan
dan phobia
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.Phobia adalah rasa
ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian, yang
ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu yang ditakuti itu.
DAFTAR PUSTAKA
• Posted in ilmu
budaya dasar • Tagged C
Wyatt, Definisi
keindahan, Keindahan
dalam arti luas.,Keindahan
menurut Arsitektur, Manusia
dan Keindahan • Meninggalkan
komentar
http://doankfranky.blog.com/2011/04/20/manusia-dan-penderitaan.html
Keindahan Yang
Mengandung Nilai Ekstrinsik Dan Instrisktik : http://www.asase.co.cc/2011/06/keindahan-yang-meliputi-kehidupan-kita.html
http://adeadangsuryana.wordpress.com/tag/definisi-keindahan/Pengertian
penderitaan dan siksaan
Manusia dan
Keindahan// Pembahasan //link : http://www.definisikata.com/phobia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar